Fosil Unta Raksasa yang Punah Ditemukan di Kawasan Tinggi Kutub Utara
Sebuah tim peneliti di bawah pimpinan Museum Alam Kanada telah mengidentifikasi bukti pertama untuk keberadaan unta raksasa yang punah di kawasan tinggi Arktik Kanada. Temuan ini didasarkan pada 30 fragmen fosil tulang kaki yang ditemukan di Pulau Ellesmere, Nunavut, dan merupakan catatan wilayah paling utara untuk keberadaan unta awal, di mana nenek moyangnya diketahui berasal dari Amerika Utara sekitar 45 juta tahun yang lalu.
Fosil-fosil ini dikumpulkan selama tiga sesi musim panas (2006, 2008 dan 2010) dan diperkirakan berasal dari pertengahan Era Pliosen, sekitar tiga setengah juta tahun yang lalu. Fosil lain yang ditemukan dalam situs ini menunjukkan bahwa unta kawasan tinggi Arktik ini hidup di lingkungan hutan jenis boreal, selama tahap pemanasan global di planet ini.
Riset yang dilakukan Dr. Natalia Rybczynski beserta para kolega ini dideskripsikan dalam jurnal Nature Communications edisi 5 Maret 2013.
“Ini adalah penemuan penting karena menghadirkan bukti pertama untuk unta yang hidup di wilayah tinggi Kutub Utara,” jelas Rybczynski, ahli paleontologi vertebrata di Museum Alam Kanada, yang sebelumnya sudah memimpin sejumlah ekspedisi lapangan di kawasan Kutub Utara Kanada, “Temuan ini memperluas rentang unta sebelumnya di kawasan bagian utara Amerika Utara sekitar 1.200 km, dan menunjukkan bahwa garis keturunan yang memunculkan unta modern mungkin awalnya beradaptasi untuk hidup dalam lingkungan hutan Arktik.”
Tulang belulang unta dikumpulkan dari lereng curam di situs Leaf Bed Fyles, deposit berpasir dekat Strathcona Fiord di Pulau Ellesmere. Fosil dedaunan, kayu dan material tanaman lainnya juga ditemukan pada situs ini, tapi unta adalah mamalia pertama yang berhasil ditemukan. Pada sebuah wilayah kaya fosil yang tak jauh dari situ dalam kawasan Strathcona Fiord, dikenal sebagai situs Beaver Pond, sebelumnya pernah ditemukan fosil-fosil mamalia lain dari periode waktu yang sama, meliputi musang, rusa, berang-berang dan kuda berjari tiga.
Menentukan bahwa tulang-tulang itu berasal dari seekor unta merupakan sebuah tantangan. “Pertama kali saya mengambil potongannya, saya mengira itu mungkin kayu. Sekembalinya ke kamp ekspedisi, saya barulah bisa memastikan ini bukan sekedar tulang, tapi juga berasal dari fosil mamalia yang lebih besar dari semua yang pernah kami lihat dalam deposit,” jelas Rybczynski, mengisahkan saat di mana ia dan timnya menemukan sesuatu yang tak biasa.
Beberapa karakteristik fisik yang penting menunjukkan fragmen fosil ini merupakan bagian dari tibia berukuran besar, yaitu tulang kaki bawah pada mamalia, serta menunjukkan asalnya dari anggota kelompok hewan berkuku-terbelah yang dikenal sebagai arteriodactyls, meliputi sapi, babi dan unta. Berkas digital untuk masing-masing 30 fragmen tulang ini kemudian disusun dengan menggunakan laser pemindai 3D, yang memungkinkan tiap-tiap potongannya dirakit dan diselaraskan. Ukuran tulang kaki yang telah direkonstruksi mengindikasikan seekor mamalia yang sangat besar. Pada suatu masa di Amerika Utara, arteriodactyls yang terbesar adalah unta.
Konfirmasi penuh, yang menyatakan bahwa tulang-tulang ini milik unta, dihasilkan dari teknik baru bernama “sidik jari kolagen”, yang dipelopori oleh Dr. Mike Buckley dari University of Manchester di Inggris. Profil-profilnya yang dihasilkan dari teknik ini dapat digunakan untuk membedakan kelompok-kelompok mamalia.
Sejumlah kecil kolagen, protein yang dominan ditemukan dalam tulang, diekstrak dari fosil. Dengan menggunakan penanda kimiawi untuk peptida yang membentuk kolagen, profil kolagen untuk tulang-tulang fosil ini lantas dibangun. Profil ini kemudian dibandingkan dengan 37 spesies mamalia modern, serta fosil unta dalam koleksi Museum Alam Kanada yang sebelumnya ditemukan di Yukon.
Profil kolagen untuk unta kawasan tinggi Arktik ini paling mendekati kecocokan dengan unta modern, khususnya dromedaris (jenis unta berpunuk satu) serta unta raksasa Yukon yang diduga merupakanParacamelus, nenek moyang unta modern. Informasi kolagen yang dikombinasi dengan data anatomi, memungkinkan Rybczynski dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tulang dari Pulau Ellesmere ini milik unta, dan kemungkinan mempunyai garis turunan yang sama dengan Paracamelus.
“Kami kini memiliki catatan fosil baru untuk lebih memahami evolusi unta, karena penelitian kami menunjukkan bahwa garis keturunan Paracamelus mendiami bagian utara Amerika Utara selama jutaan tahun, dan penjelasan sederhana untuk pola ini adalah, Paracamelus berasal dari sana,” jelas Rybczynski, “Jadi, beberapa spesialisasi yang terlihat pada unta modern, seperti kaki datar yang lebar, mata besar dan punuk untuk lemak, mungkin hasil adaptasi yang diwariskan dari kehidupan di lingkungan kutub.”
Makalah studi ini juga untuk pertama kalinya melaporkan usia yang akurat untuk fosil-fosil, baik yang ditemukan di situs Fyles Leaf Bed maupun situs Beaver Pond — setidaknya 3,4 juta tahun. Penentuan ini dilakukan oleh Dr. John Gosse dari Universitas Dalhousie dengan menggunakan teknik canggih yang melibatkan penanggalan pasir yang berasosiasi dengan tulang-tulang tersebut. Penanggalan ini signifikan karena sesuai dengan penanggalan waktu ketika bumi bersuhu 2ºC à 3ºC lebih panas dari saat ini, dan Arktik bersuhu 14ºC à 22ºC lebih panas. Tulang-tulang unta kawasan tinggi Arktik disimpan di Museum Alam Kanada dan fasilitas koleksi di Gatineau, Quebec, atas nama Pemerintah Nunavut.
0 komentar: